Selasa, 04 September 2018

Kepemimpinan Pendidikan

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Ada dua kata dalam kepemimpinan pendidikan ini. Pertama kepemimpinan dan yang kedua adalah pendidikan. Yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam tulisan ini adalah sebuah aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain tersebut melaksanakan perintahnya atau kemauannya. Kepemimpinan juga disebut sebagai seni mempengaruhi. Sebagai seni, kepemimpinan mengungkapkan perasaan seseorang kepada orang lain. Agar orang lain merasakan yang dirasakan oleh orang itu. Ada juga yang menyebutnya sebagai sains. Yang dimaksudkan dengan sains, kepemimpinan ini telah diuji secara berulang-ulang dan menghasilkan sesuatu yang sama. Sehingga ditemukan pola-pola yang tetap dalam kepemimpinan.
Adapun arti kepemimpinan ketika disandingkan dengan istilah pendidikan adalah proses mempengaruhi orang lain yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang diinginkan yang didasarkan kepada sebuah visi tertentu. Dan visi itu sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati baik nilai yang bersifat personal maupun nilai yang bersifat profesional. Kepemimpinan pendidikan dikatakan sukses, jika seorang pemimpin mampu mengembangkan visi yang berdasarkan nilai personal dan nilai profesional tersebut. Serta keberhasilan sebuah visi, bisa dinilai dari artikulasi visi setiap anggota dalam lembaga tersebut di setiap kesempatan.
Untuk itu, kesuksesan dalam kepemimpinan memerlukan dua hal yaitu kekuasaan dan otoritas. Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah dalam kepemimpinan itu harus ada visi yang kuat. Tanpa adanya visi yang kuat, anggota sebuah lembaga mudah kehilangan arah. Bahkan kehilangan semangat. Sedangkan yang dimaksud dengan otoritas adalah kepemimpinan harus mempunyai karakter yang kuat. Misalnya karakter selalu berorientasi masa depan. Karakter ini akan mengenyampingkan kendala dan hambatan yang sifatnya sementara karena ada pendorong berupa karakter yang kuat, yakni karakter selalu berorientasi masa depan itu. Visi dan karakter yang kuat merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam kepemimpinan. Tanpa visi dan karakter yang kuat, kepemimpinan tidak akan mengalami kesuksesan.
Namun dalam konteks tertentu, perlu dibedakan antara pemimpin, kepemimpinan dan memimpin. Tiga kata ini berasal dari akar kata yang sama yakni “memimpin”. Namun dalam penggunaannya mempunyai konteks yang berbeda. Pemimpin belum tentu mempunyai jiwa kepemimpinan. Karena pemimpin adalah peran dalam sistem tertentu. Sedangkan kepemimpinan adalah skil atau kemampuan, kecakapan dan tingkat pengaruh. Bisa jadi, orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan tidak punya jabatan pemimpin dalam bidang formal. Namun ia cukup berpengaruh terhadap orang di sekelilingnya serta punya kecakapan. Sedangkan istilah "memimpin" digunakan dalam konteks; peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain dalam berbagai cara.
Dalam buku ini, kepemimpinan pendidikan juga dijelaskan sebagai sebuah inisiatif yang diambil oleh seseorang untuk memfasilitasi orang-orang yang berkecimpung dalam pendidikan untuk mengembangkan pengajaran dan pembelajaran. Inisiatif ini diharapkan mampu menciptakan peluang bagi masing-masing peserta maupun bagi kelompok dalam suatu lembaga. Bagi peserta, mereka bisa mengembangkan pemahaman pribadi mereka. Sedangkan bagi kelompok, kelompok bisa memberikan dukungan timbal balik selama terjadi perubahan-perubahan.
PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Terkadang dalam realitas, banyak orang menyamakan antara kepemimpinan dan manajemen. Padahal esensi keduanya berbeda. Agar tidak rancu dan menimbulkan kekaburan makna, pengarang membuat perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Kepemimpinan adalah proses pengaruh yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini, terdapat inspirasi dan dukungan. Inspirasi dan dukungan membantu peserta dalam suatu lembaga untuk mewujudkan sebuah visi yang telah dibuat dan didasarkan kepada nilai-nilai pribadi maupun nilai profesional. Sehingga visi sekolah bisa terwujud.
Sedangkan manajemen adalah implementasi kebijakan dan pemeliharaan kegiatan sekolah yang efektif dan efisien. Kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama dalam suatu musyawarah atau rapat, langsung diimplementasikan. Selama implementasi kebijakan, harapannya, pelaksanaannya bisa terlaksana secara efektif dan efisien, sehingga perlu dimanage dan itulah fungsi manajemen. Efektif dalam pelaksanaannya berarti pelaksanaannya telah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Efesien dalam pelaksanaanya berarti penggunaan biaya telah sesuai dan tepat sasaran.
Di samping itu, ada atribut-atribut yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi apakah itu adalah kepemimpinan atau bukan. Atribut-atribut itu meliputi; kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan urutan yang lebih tinggi, karakter, keyakinan dan nilai-nilai. Untuk mendukung atribut-atribut itu, dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Kebijaksanaan bisa disalah pahami dan tidak lagi menjadi kebijaksanaan ketika tidak dikomunikasikan dengan baik. Begitu pula atribut-atribut yang lainnya. Jadi dukungan komunikasi yang baik menjadi hal yang sangat penting dalam kepemimpinan.
TEORI-TEORI DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Kajian kepemimpinan merupakan kajian yang multidimensional. Banyak teori telah dikemukakan oleh para ahli. Teori paling tua dalam kepemimpinan pendidikan adalah teori trait atau teori alamiah. Teori ini telah dikembangkan sejak tahun 1940. Premis utama dalam teori ini adalah bahwa kesuksesan seorang pemimpin ditentukan oleh karakter dan sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakter itu meliputi; bakat bawaan, sifat batin pemimpin, faktor fisik, personalitas, kecerdasan, dan kemampuan komunikasi.
Teori ini berangkat dari sebuah asumsi bahwa kesuksesan seorang pemimpin lebih ditentukan oleh kemampuan personalnya. Untuk menjadi pemimpin yang sukses, pemimpin itu harus sifat-sifat yang harus ada di dalam seorang pemimpin. Sehingga orang-orang di sekitarnya juga berpikir bahwa pemimpin itu mempunyai sifat kepemimpinan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Adalah Frankie K. Williams, Diane Ricciardi, and Richard Blackbourn, tokoh-tokoh yang menolak teori trait ini. Mereka mengatakan bahwa telah ada ratusan penelitian sejak tahun 1930 hingga tahun 1950 mengidentifikasikan karakter sebagai pembeda antara pemimpin dan pengikut. Karakter seperti gender, tinggi badan, energi yang dipancarkan, penampilan, integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, keinginan memimpin, dan kharisme, mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan seorang pemimpin.
Akan tetapi, mereka menyanggah teori trait ini dengan dua alasan utama. Pertama, seseorang yang mempunyai karakter personal lengkap seperti di atas, tidak bisa memprediksi kepemimpinan. Artinya, selengkap apapun karakter pribadi seseorang, belum tentu orang itu punya jiwa kepemimpinan. Alasan yang kedua adalah tidak ada orang yang mempunyai karakter yang disebut dalam teori trait itu. Alasaannya, manusia itu terbatas. Sehingga mustahil satu orang manusia mempunyai karakter pribadi yang lengkap.
Keberatan-keberatan ini membuat teoritisi menciptakan satu teori baru yang diberi nama dengan teori behavior dengan landasan prilaku manusia. Teori ini tidak lagi memfokuskan kepada karakter seorang pemimpin, melainkan fokus kepada tindakan seorang pemimpin. Teori ini didasarkan kepada sebuah presmis bahwa kesuksesan ditentukan oleh gaya prilaku pemimpin dan tindakan kepemimpinannya. Bagaimana gaya seorang pemimpin dan bagaimana tindak-tanduk pemimpin dalam memimpin, menjadi kunci kesuksesan dalam teori behavior ini. Karena menurut premis ini, kepemimpinan sangat dekat dengan fungsi utama kepemimpinan yakni menyemangati orang lain agar menghasilkan sesuatu yang dituju.
Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa generasi teori berikutnya akan lebih fokus kepada prilaku seorang pemimpin. Pendekatannya tidak lagi kepada siapa yang memimpin akan tetapi apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Bagaimana prilaku atasan terhadap bawahan dalam setiap situasi.
Teori ini juga didasarkan kepada perkembangan individu dalam organisasi yang efektif. Seorang pemimpin dalam teori ini akan terseleksi secara alamiah dan akan terus termotivasi. Karena kalau prilaku seorang pimpinan tidak baik, anak buah akan menilai. Kalau diteruskan prilaku tidak baik, anak buah akan meniru ketidakbaikan itu. Ujung-ujungnya, perjalanan organisasi tidak efektif.
Dari teori behavior ini, kemudian lahir sebuah konsep yang disebut dengan konsep jaringan manajerial. Adalah Robert Blake and Jane Mouton, yang kemudian menjelaskan bahwa ada dua faktor yang menjadi akibat dari gaya kepemimpinan behavior ini. Pertama faktor produksi dan yang kedua adalah faktor manusia. Jaringan manajerial ini melahirkan empat macam gaya kepemimpinan. Pertama, manajemen miskin. Yang dimaksudkan disini adalah manajemen pekerjaan yang paling rendah yang harus dilakukan dan yang bekerja adalah moral bawahan. Yang kedua adalah manajemen Country Club. Perhatian manajemen terlalu fokus kepada kebutuhan-kebutuhan anggota, sehingga organisasi menciptakan suasana yang ramah serta menyenangkan. Tugas-tugas kemudian dilakukan dengan santai. Yang ketiga adalah manajer tugas autokratis. Manajer Tugas Autokratis atau satuan tugas adalah manajemen dengan penekanan pada pelaksanaan tugas sehingga efektivitas dan efisiensi dapat dicapai tetapi sedikit perhatian pada elemen manusia. Manajer Tim atau gaya tim adalah manajemen di sekaligus menyangkut dua elemen, yaitu produksi dan manusia pencapaian diwujudkan dengan memberikan keyakinan dan kemandirian orang yang melewati peraturan tertentu atau perangkat standar.
saat ini, teori behavior sudah tidak banyak digunakan lagi. Perkembangan teori kepemimpinan mutakhir beralih kepada teori kontingen. Teori ini pendekatannya situasional. Tidak lagi berpusat pada prilaku maupun karakter pimpinan. Ada hal yang menjadi pedoman teori kontingen ini. Pertama; situasi yang berbeda harus dihadapi dengan prilaku kepemimpinan yang berbeda. Yang kedua adalah pemimpin harus menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu.
Dari gaya kepemimpinan model kontingen ini, menghasilkan kategori pekerja yang beragam. Adalah Hersey and Blanchard, orang yang mengajukan kategori pekerja yang beragam itu. Menurut Hersey and Blanchard, ada empat kategori pekerja yang beragam;
1. Low maturity level; pekerja kurang kemampuan bekerja, tidak punya kemauan, dan tidak tahu dengan pekerjaannya.
2. Low to moderate level of maturity; pekerja kurang kemampuan bekerja, tapi dia punya kemauan bekerja, dan punya keyakinan tentang apa yang dikerjakannya.
3. Moderate to high level of maturity; pekerja punya kemampuan bekerja, tapi kurang kemauan bekerja, dan tidak yakin dengan apa yang dikerjakannya
4. High maturity level; pekerja mempunya kemampuan bekerja, juga punya kemauan, dan yakin dengan pekerjaannya.

TUJUAN PERKEMBANGAN TEORI KEPEMIMPINAN
Sebenarnya, teori-teori kepemimpinan yang telah dikemukan, adalah proses pencarian model kepemimpinan yang paling sesuai untuk diterapkan di lapangan. Dengan kata lain, perkembangan teori kepemimpinan adalah sebuah usaha untuk menemukan sistem kepemimpinan yang strategis dan efektif. Untuk keperluan itu, banyak orang mulai beralih dari model kepemimpinan yang sifatnya transaksional menuju model kepemimpinan yang bersifat transformatif. Adalah Bush dan Glover yang kemudian mengembangkan tipologi kepemimpinan lebih luas. Mereka membagi model kepemimpinan menjadi 8 model;
1. Model kepemimpinan instruksional
2. Model kepemimpinan transformatif
3. Model kepemimpinan moral
4. Model kepemimpinan partisipatif
5. Model kepemimpinan manajerial
6. Model kepemimpinan post-modern
7. Model kepemimpinan interpersonal
8. Model kepemimpinan kontingen



GAYA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Banyak orang mengkategorikan kepemimpinan menurut perspektif mereka. Hingga kini, teoritis terus menciptakan kategori-kategori kepemimpinan. Gaya kepemimpinan pendidikan ketika didasarkan kepada teori yang telah dikemukakan, ditemukan empat gaya kepemimpinan pendidikan;
1. Otoriter
i. Dalam tipe ini, seorang pemimpin selalu memaksakan kehendaknya dalam mengambil keputusan. Semua perkataan pimpinan adalah undang-undang yang harus dipatuhi oleh pekerja. Pekerja tidak boleh protes. Pekerja hanya menjalankan ketetapan. Perbedaan adalah pembangkangan. Rapat-rapat diselenggarakan hanya untuk mengumumkan keputusan. Anggota dilarang berinisiatif. Pengawas hanya berfungsi untuk mengontrol pekerja dan memastikan pekerja bekerja dengan benar. Pekerja yang tidak menuruti perintah dan tidak sesuai yang diinginkan akan dirumahkan. Sebaliknya, pegawai yang berprestasi akan dianakemaskan dan diberi penghargaan. Kelemahan dalam tipe ini adalah mengundang banyak musuh. Menyebabkan sikap apatis dan acuh tak acuh. Sifat pekerja adalah yang penting dirinya selamat. Apa yang dilakukan pekerja adalah yang penting bapak senang.
2. Bebas
i. Pada kenyataannya kepemimpinan model ini bukanlah disebut sebagai kepemimpinan. Karena pekerja dibiarkan bebas berbuat sesuatu menurut keinginan pekerja sendiri. Pimpinan tidak pernah mengontrol atau melakukan koreksi atas kesalahan pekerja. Tugas perusahan tidak dipandu oleh suatu panduan. Pekerja bekerja tanpa pedoman. Kekuatan dan tanggung jawab sepenuhnya diserahkan diantara pekerja itu sendiri. Kelemahannya pekerjaan mudah kacau. Kalaupun organisasi itu mengalami kesuksesan, hal ini lebih disebabkan oleh dedikasi dari pekerja itu sendiri. Bukan hasil dari sebuah kepemimpinan.
3. Demokratis
i. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang berada di tengah-tengah anggotanya. Relasi pimpinan dan anggota bukan relasi majikan dan buruh. Akan tetapi relasinya persaudaraan. Pimpinannya akan selalu mendorong anggotanya untuk berprestasi dalam mengejar impian atau tujuan. Pimpinan dalam model ini akan selalu berusaha memproses keinginan dan kebutuhan anggota serta memperhatikan kemampuan anggota. Tidak memaksakan di luar batas kemampuan anggota.
ii. Ia akan menerima pendapat dan saran anggota. Kritik membangun akan digunakan sebagai bagian dari perencanaan untuk menemukan cara yang lebih baik. Ia akan memberikan kepercayaan anggotanya untuk selalu bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia lebih mengedepankan kebaikan dan kesatuan. Ia akan selalu membangkitkan semangat untuk menjalankan dan mengembangkan sumber daya yang ada. Anggota yang mempunya kemampuan akan didelegasikan untuk mengatasi sebuah masalah dalam perusahaan.

4. Pura-pura demokratis
i. Dalam tipe kepemimpinan ini, seorang pimpinan dari tanpak luarnya demokratis namun kenyataan sesungguhnya adalah otoriter. Jika pemimpin itu punya gagasan, ia akan mengatur bagaimana seluruh anggota itu menerima gagasan itu walaupun gagasan itu dimusyawarahkan.

Senin, 03 September 2018

Hibriditas Manajemen modern dan manajemen pesantren

Hibriditas adalah konsep dalam kajian budaya yang mengkaji tentang pertemuan dua budaya atau yang lebih yang menghasilkan sesuatu yang lain. Pertemuan-pertemuan antara manajemen modern dengan manajemen pesantren dalam konsep hibriditas ini juga menghasilkan sesuatu yang lain. Bukan berarti menghasilkan percampuran, melainkan suatu kompromi yang mana yang baik diambil. Mana yang tidak baik tidak diambil. Dalam konsep pesantrennya disebut dengan al-mukhafadatu bil qodimis sholih, wal akhdu bil jadidil aslah.