Selasa, 01 Mei 2012

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر 9 كبِيْرًا وَالحمد لله كثيرا وسُبْحَان اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً لاَاِلَهَ اِلَّا اللهَ والله اكبر. الله اكبر ولِلهِ اْلحَمْدُ. الحمد لله الذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَاِدهِ اْلمُؤْمِنين لطاعته. اشهد ان لا اله الا الله وحدَه لا شريكَ له واَنَّ شيدَنا محمدًا عبدُه ورسولُه خيرُ خَلْقِهِ. اللهم صل وسلِّمْ علي سيدِنا محمدٍ وعلى اله وصحبِه الذِين جَاهَدُوْا فِىِ سبِيل الله لِأِعْلاَءِ كَلِمَتِهِ. اَمَّا بعد, فَيَا إِخْوَانِيْ اْلكِرَامِ, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه ولا تَمُوْتُنّ اِلاّ وانتم مُسلمون. فَأَقِمْ وَجهَك لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا, فِطْرَةَ اللهِ اّلتِيْ فَطَرَ الناسَ عَلَيها لَاتَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذالك الدِّيْنُ القَيِّمُ وَلكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَايَعْلَمُوْنَ.

Saudara-saudaraku sekalian yang dimulyakan Allah.

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Allah, yang telah menciptakan dunia ini dan memberinya kehidupan. Kita bisa berkumpul di sini dan shalat idul fitri bersama-sama karena kita semua hidup. Seandainya kita mati, kita tidak mungkin berkumpul di sini. Itu artinya, kita juga adalah bagian dari kehidupan. Sehingga kehidupan itu sendiri bisa diartikan sebagai masuknya yang hidup ke dalam sesuatu yang mati.

Kita, yang terbuat dari daging, tulang dan unsur pembentuk lainnya, tidak lain adalah benda mati. Kita menjadi bisa berjalan, shalat bersama di tempat ini, karena ada hidup masuk di dalam yang mati ini. Hidup itu sendirilah Allah. Dalam al-Qur’an, Allah dikatakan sebagai ya hayyu ya qayyum; wahai yang hidup dan yang berdiri sendiri. Ini artinya, yang hdup itu sebenarnya hanya dia. Kita semua tanpa dimasuki oleh hidupnya Allah, tidak mungkin bisa berkumpul di tempat ini. Maka, selayakanyalah, kita mensyukuri hidup. Dengan mensyukuri hidup, maka kita bersyukur kepada Allah. Dengan bersyukur kepada Allah, mudah-mudahan kita dimasukkan kepada orang yang beriman. Amin ya rabbal alamin.

Bersyukur kepada Allah, juga mengartikan bahwa kita ini tidak punya kekuatan apapun di hadapan Allah. Bukti yang cukup kongkrit dan terbentang luas di hadapan kita adalah kejadian yang kita jumpai dalam keseharian kita. Kita sering bercita-cita untuk mempunyai sesuatu, entah itu mobil, rumah, pekerjaan atau apapun lainnya. Kita sudah memprediksikan kalau kita bisa mencapainya. Di tengah jalan, kita dibelokkan oleh kehidupan. Dan kita tidak bisa mencapai cita-cita itu semua. Itu artinya, di atas semua prediksi-prediksi dan usaha-usaha yang kita lakukan, sebenarnya yang berkuasa tetap Allah. Allah lah yang memberikan semuanya kepada kita dan menentukan segalanya. Kalau kita berhasil dalam berusaha, itupun karena ijin dari Allah dan sudah ditentukan berhasil oleh Allah. Sehingga yang diperlukan dari diri kita, adalah selalu berendah hati dan ketundukan yang tulus kepada Allah.

Bukti kongkrit lainnya adalah nyawa kita. Banyak orang rela mengorbankan semua hartanya demi mencari kehidupan yang kekal. Banyak bukti sejarah, kalau orang-orang yang berkuasa memcari-cari sesuatu yang bisa membuat hidupnya kekal. Namun yang kekal hanya Allah. Karena dalam al-Qur’an sudah dikatakan bahwa kullu syain halikun illa wajha; semuanya akan binasa kecuali Allah itu sendiri. Ketika nyawa sudah di kerongkongan, tiada apapun yang bisa menghalanginya. Tiada apapun yang bisa membelinya. Karena nyawa tidak pernah ada tokonya. Lalu apa yang kita persiapkan menyambut kedatangan nyawa yang akan berakhir di kerongkongan itu?
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Wa lilla ilham.

Hadirin sekalian yang dimulayakan Allah.
Yang kedua, marilah kita bersykur kepada penghulu kita, Nabi besar Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah, kita bisa keluar dari Alam Kegelapan menuju Alam yang terang benderang. Di sebut alam kegelapan, karena berisi kondisi dan situasi yang serba tidak kelihatan. Kalau pikiran kita lagi kalut, pandangan kita menjadi gelap. Sampai-sampai ada perkataan bahwa orang itu telah gelap mata. Anak tidak tahu menahu bahkan tidak mau tahu kepada kondisi orang tuanya, karena telah gelap. Orang tua tidak tahu menahu perihal si anak, juga karena gelap. Termasuk, tidak ada kasih sayang dan tolong menolong di antara kita, karena semua diri kita telah menjadi gelap. Kita tidak tahu lagi kepada tetangga bahkan tetangga terdekat sekalipun.

Kalau tidak ada kepentingan bisnis, kita tidak lagi berhubungan. Hal ini menandakan bahwa banyak orang di sekitar kita, tidak kelihatan oleh kita. Artinya, kalau kita sudah tidak melihat tetangga yang terdekat, pandangan kita sebetulnya telah gelap.
Dengan kembali kepada ajaran Rasulullah Saw, kita diharapkan punya pandangan yang jernih. Bahwa kita diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar supaya kita saling mengenal. Dengan mengenal, akan timbul kasih sayang di antara kita. Kalau kasih sayang sudah timbul, maka kita tidak mungkin lagi tidak mengenal tetangga kita. Karena kita punya kepedulian kepada sesama. Dengan kata lain, pandangan kita tidak menjadi gelap gulita lagi. Itu artinya, kita sudah beranjak dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.

Kita tidak perlu berdebat tentang ajaran rasulullah yang murni atau tidak murni. Sebab kemurnian itu tidak ada gunanya apabila tidak membawa manfaat sedikitpun pada diri kita. Ajaran agama bagaikan sebuah selimut. Ia tidak lagi bisa dipandang sebagai selimut, kalau tidak lagi menghangatkan tubuh kita. Yang penting bagi kita adalah hangatnya tubuh bukan hangatnya selimut. Karena selimut adalah alat bukan tujuan. Bukan tebal atau tipisnya selimut. Bukan pula asli atau tidak aslinya selimut. Allah sendiri memberikan kebebasan kepada umat Nabi Muhammad. Dalam al-Qur’an dikatakan, jika engkau beriman silahkan, jika engkau menginginkan kekafiran ya silahkan. Urusan kafir atau tidaknya seseorang, itu urusan Allah. Dengan kata lain, urusan sesat atau tidak sesatnya seseorang, itu urusan Tuhan. Dan kita bukan Tuhan. Apa urusannya kita mengurusi kesesatan orang lain.

Memang dalam sejarah, perpecahan umat islam ini terjadi setelah meninggalnya Rasulullah. Di jaman Rasulullah, semua persoalan keagamaan bisa langsung ditanyakan kepada Rasul. Rasulullah juga tidak hanya memberikan pengajaran akan tetapi memberikan pengalaman-pengalaman keNabian. Banyak di antara shahabat yang hanya diberi ayat Qul Huwalla hu ahad, mempunyai keyakinan kepada Allah yang luar biasa. Dan mampu mempertahankan keyakinan itu walaupun nyawa taruhannya. Hal ini terjadi pada diri bilal bin rabah. Beliau sampai diberi batu panas oleh tuannya dan di jemur di padang pasir yang demikian teriknya. Namun bilal tidak bergeming dengan keyakinannya. Dia hanya mengatakan ahad-ahad-ahad.

Setelah rasul meninggal, umat menjadi bingung. Yang menjadi perdebatan kemudian adalah siapa pengganti Rasul. Keluarga Nabi berkeyakinan bahwa pengganti Rasul adalah Sayyidina Ali, menantu Rasulullah. Umar dan beberapa sahabat lainnya, berkeyakinan bahwa pengganti Nabi adalah Abu Bakar karena shahabat terdekat Rasulullah. Masalah pengganti rasul ini menimbulkan perpecahan umat hingga sekarang. Bahkan ada sekelompok orang yang frustasi dengan persoalan kepemimpinan dan kemudian mematikan rasul. Bahwa Rasulullah sudah mati. Dalam menindak lanjuti ajaran rasul, sekelompok orang itu kemudian memunculkan isu-isu tentang islam yang murni yang tidak mau menerima apapun selain apa yang dipraktekkan oleh rasul. Isu kemurnian islam ini berdampak kepada pembunuhan karakter keyakinan yang lain. Golongan islam yang murni menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar. Dan islam di luar kelompoknya bukan islam yang murni dari rasul. Sehingga muncul istilah sesat dan tidak sesat.

Pada saat itulah muncul isu-isu dan hadis yang terkenal sebagai hadis yang menjadi petunjuk bahwa islam ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Rasul berkata; umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Kaum nasrani (pengikut Nabi isa) akan terpecah menjadi 70 golongan. Yang benar hanya satu. Yakni Ahlus sunnah wal jamaah. Sahabat kemudian bertanya kepada rasul. Ya rasulullah; sebenarnya siapa yang 73 golongan itu ya rasul? Jawaban rasul jelas. Yang dimaksudkan dengan ahlus sunnah waljamaah adalah: ma ana alaihi wa ashabi.

Dalam menafsirkan ma ana alaihi wa ashabi ini, banyak ulama simpang siur dan berbeda pendapat. Ada yang menganggap bahwa kelompok sunni yang sejalan. Ada yang berpendapat, kelompok syia’ah lah yang sejalan. Ada juga yang berpendapat lain. Macam-macam pula pendapatnya. Padahal kelompok-kelompok yang muncul itu murni persoalan kepemimpinan bukan persoalan ajaran rasul yang berisi pengalaman-pengalaman yang menggetarkan.

Sebenarnya kalau kita mengkaji secara bahasa, ma ana alaihi wa ashabi; sesuatu yang di dalamnya ada saya dan para sahabat saya. Ma dalam struktur bahasa arab adalah kata sambung. Sesudah ma itu adalah penjelas. Namun dalam penjelas itu hanya disebutkan ana wa ashabi. Artinya saya dan sahabat saya. Banyak ulama menafsirkan saya dan sahabat saya ini sebagai orang yang mengikuti saya dan sahabat saya. Kata mengikuti ini kemudian merujuk kepada semua prilaku rasulullah termasuk dalam hal berkendaraan, pakaian, model rambut dan segala macam. Pertanyaannya, kalau kendaraan kita harus sesuai rasul, maka kita tidak boleh pakai mobil. Kita harus memakai unta. Karena di jaman rasul belum ada mobil. Sehingga banyak orang yang bertanya; lalu bagaimana agama ini katanya selalu sesuai dengan jaman? Berarti jaman komputerpun islam akan sesuai. Tapi kalau memakai komputer, dan perangkat modern lainnya lalu tidak boleh? Lalu bagaimana islam akan selalau sesuai dan akan berlaku sepanjang jaman? Kalau munculnya sesuatu yang baru dianggap sebagai bid’ah (membuat sesuatu yang baru).

Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan perdebatan dan diskusi yang tidak ada habisnya. Lalu bagaimana memecahkan persoalan-persoalan ini? Para ulama kemudian membuat pembedaan-pembedaan tentang kebiasaan yang ada di jaman Nabi dan kebiasaan di jaman kita saat ini. Ada yang membuat kaedah bahwa bid’ah itu ada dua macam, bid’ah yang baik (hasanah) dan bid’ah yang tidak baik (dalalah). Kalau pembedaan ini benar, lalu bagaimana dengan hadis yang tersebar di kalangan umat islam bahwa kullu bid atin dalalah. Wa kullu dalalah fin nar. Setiap bid’ah itu kesesatan. Dan setiap kesesatan tempatnya di neraka? Lalu bagaimana memecahkan persoalan ini ketika terjadi kontradiksi dengan hadis rasul sendiri?.

Mungkin, ijtihad dari seorang ahli usul fikih mesir, Abu Zahro, bisa dipertimbangkan. Beliau mengatakan bahwa sebetulnya yang dilarang dalam bid’ah itu adalah larangan membuat sesuatu yang baru dalam agama. Kalau menyangkut kebiasaan rasul seperti naik onta, berpakaian dan model rambut sama sekali tidak berkaitan dengan agama. Kalau kita membuat sesuatu yang baru dalam agama seperti shalat duhur lima rakaat, maka itulah yang dilarang. Karena hal itu menyangkut ajaran keNabian yang berkaitan dengan agama dan tidak bisa dirobah selamanya. Karena jaman modern seperti apapun, shalat tidak ada kaitannya dengan perubahan bentuk handphone. Shalat juga tidak berkaitan dengan perubahan mobil dari yang lama sampai yang terbaru. Dan shalat juga tidak berkaitan dengan perubahan model rambut.

Dalam kaitan ini, kita perlu mencari makna yang lebih tepat dari pernyataan rasul tentang ma ana alaihi wa ashabi. Dalam mencari ketepatan makna ini kita perlu kembali menengok struktur bahasa arab itu sendiri. Dalam struktur bahasa arab sendiri dikatakan bahwa jika ada penjelas tidak ada keterangan lain selain keterangan saya, maka di dalamnya terkadung makna “di dalamnya ada / kaa inun fiihi”. Kalau disambungkan dengan kata saya dan sahabat saya berarti; di dalamnya ada saya dan para sahabat saya. Artinya, apapun yang dilakukan oleh umat ini sepanjang di dalamnya ada saya dan sahabat saya, maka praktek itu benar. Dan kita tidak tidak perlu khawatir kepada orang yang mengatasnamakan Rasul padahal bukan dari rasul, misalnya. Karena rasul sudah memberikan garis jelas. Rasul berkata; barang siapa yang mengaku-ngaku dari saya, padahal bukan dari saya (kata rasul) maka persiapkanlah tempatmu di neraka. Fal yatabawwak maq adahu finnar.

Rasulullah juga memberikan garis yang jelas berkaitan dengan hal ini. Beliau berkata: saya meninggalkan dua hal kepada umatku. Dan umatku tidak akan tersesat selamanya selama berpegang pada dua hal itu. Dua hal itulah; al-qur’an dan hadis. Dan dua hal ini menjadi pegangan bagi umat islam hingga saat ini. Maka sepantasnyalah kita sebagai orang islam, kalau di rumah kita masing-masing ada al-Qur’an. Kita sering bangga dengan mempunyai model handphone produk terbaru. Namun kita tidak pernah susah, kalau al-Qur’an tidak ada di rumah kita. Pantaskah kemudian kita semua ini disebut sebagai orang yang menjadi pengikut Rasul. Pantaskan kita mengaku umat Nabi Muhamammad, kalau warisan Nabi Muhammad sudah tidak ada di rumah kita? Maka kita masing-masing yang bisa menjawabnya. Karena yang tahu isi rumah kita adalah kita sendiri bukan orang lain. Dan jangan salahkan Nabi Muhammad kalau nanti di hari kiamat kita tidak diakui sebagai umatnya. Karena memang kita tidak pernah mencintai beliau.
Allahu akbar-akkahu akbar-allahu akbar walilla ilham.

Hadirin hadirat yang dimulyakan Allah.
Lalu apa yang perlu kita lakukan sekarang dalam rangka mencari keselamatan dunia dan akhirat? Maka jawaban yang paling penting adalah bagaimana kita meningkatkan kecintaan kepada Allah melalui wasilah Nabi besar Muhammad SAW. Cinta kepada rasulullah, berarti kita cinta kepada Allah. Mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah, berarti mengamalkan sesuatu yang diperintah Allah. Ketundukan kita sebenarnya hanya kepada Allah. Karena Allah sendiri telah berkenan kepada Rasulullah, maka apapun yang dilakukan oleh rasulullah, telah diridhai oleh Allah.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa kita perlu meningkatkan kecintaan ini kepada Rasulullah? Sebab mengamalkan ajarannya tanpa disertai cinta kepada Rasulullah, ibadah akan mejadi proses tawar menawar. Banyak orang kemudian shalat dhuha karena menginginkan rizki yang lancar. Banyak orang membaca shalawat karena banyak hutang. Ingat kepada Tuhan kemudian menjadi kegiatan pengaduan. Seolah-olah Tuhan adalah kepada bagian di suatu instansi atau badan sosial yang menampung keluhan. Pernahkah kita, berpikir ketika kita dalam keadaan bahagia untuk selalu mengingat Allah dan Rasulnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu ingat kepada Allah, selalu ingat kepada Rasulullah.

Ada satu hal yang sering diungkapkan oleh Rasul sendiri sebagai tanda cinta seseorang terhadap sesuatu. Rasul mengatakan; man ahabba syai’an, katsura dikruhu. Barang siapa mencintai sesuatu, pasti sesuatu itu yang selalu disebutnya. Kalau kita cinta dengan burung, kemana-mana yang akan diperbincangkan dengan kawan kita adalah burung. Maka tidak perlu heran, ketika orang yang suka dengan burung, akan dipertemukan dengan orang yang suka burung juga. Ada semacam kesamaan signal dalam diri kita dengan orang lain. Hukum alam sendiri dikenal dengan hukum tarik menarik. Sesuatu akan menarik sesuatu lainnya jika ada kesamaan. Dalam hal jodoh pun demikian. Orang tidak perlu repot-repot mencari pasangan yang baik. Cukup lah seseorang memperbaiki dirinya. Pada akhirnya dia akan menemukan seorang pendamping hidup yang baik.

Begitu pula seseorang akan selalu ingat Allah apabila ada Allah di dalam dadanya. Orang akan ingat Rasulullah, apabila di dadanya terpatri Rasulullah. Untuk menancapkan ingatan itu, diperlukan kesukaan kita untuk selalu menyebutnya. Dengan rasa suka dan seringnya menyebut nama-nama Allah, apapun nama yang hadirin sukai, dari sembilan puluh sembilan nama, maka Allah akan terpatri di dada seseorang. Sering-seringlahh membaca shalawat, maka rasulullah akan ada di dalam hati kita semua. Sehingga sesuai dengan ajaran rasulullah, bahwa umatku yang selamat nantinya adalah umat yang di dalam hatinya ada aku atau sahabat-sahabatku. Ma ana alaihi wa ashabi. ما انا عليه واصحابي
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
قل
     •          
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


جَعَلَنَا اللهُ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ اْلمَقْبُوْلِيْنَ, وَبَارِكْ لَنَا فِى اْلقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنَا بِمَا فِيهِ مِنَ الاَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ. اِنَّهُ هُوَ اْلبَرُّ اْلرَّحِيْمِ. اَعُوْذُ باالله من السيطان الرجيم قَدْ أفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ




الخطبة الثاني
الله اكبر 7 كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله الغني الحميد. المبدئ المعيد. الفعال لما يريد. احاط بكل شئ علما وهو على كل شئ شهيد. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له العزيز الحميد. واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله الداعي الى الحق والتوحيد. اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى أله وصحبه وسلم تسليما كثيرا.
أما ب . اما بعد, فيا إخواني الكرام, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
, واعلموا ان الله تعالى امركم بامر بدأ فيه بنفسه, وثني بملائكة قدسه, وقال تعالى: ولم يزل قائلا عليما, ان الله وملائكته يصلون على النبي, ياايها الدين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما, وارض اللهم عن اصحابه ابي بكر وعمر وعثمان وعلى, وعن سائر اصحاب نبيك اجمعين وعن التابعين وتابع التابعين ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات, والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات. انك سميع قريب مجيب الدعوات. ياقاضى الحاجات. اللهم انصر من نصر الدين واخدل من خدل المسلمين. واجعل بلدتنا بلدة طيبة تجري فيها احكامك وسنة رسولك ياحي ياقيوم. يااله كل شئ هذا حالنا لايخفى عليك. اللهم ادفع عنا الغلاء والبلاء والوباء والفحشاء والمنكر والبغي والزنا والشدائد والمحن وسؤالفتن ما ظهر وما بطن من بلدنا هذا خاصة ومن سائر البلدان عامة انك على كل شئ قدير وبالاجابة جدير ربنا اتنا من لدنك رحمة وهيء لنا من امرنا رشدا. ربنا اغفر لنا ولاءخواننا الدين سبقونا بالائيمان ولاتجعل فى قلوبنا غلا للدين أمنوا ربنا انك رؤف رحيم. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عداب النار. سبحاَنَ رُبكَ رَب العزة عما يَصِفُوْنَ سَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمِيْن. ,
عِبَادَاللهِ, اِنَّ اللهَ يَاءْمُرُكُمْ بِالعَدْلِ وَاْلاِحْسَانْ وَاِيْتَاءِ دِي اْلقُرْبَي وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلكُمْ تدكرون, فادكروا الله العظيم يدكركم ولَدِكْرُ اللهِ اَكبَر
Keyakinan


Banyak orang bilang bahwa keyakinan tidak bisa dipaksakan. Anggapan itu bisa dibilang benar. Karena banyak orang yang mengatakan hal itu berdasarkan pengalaman batinnya. Memang pengalaman batin ini sifatnya subyektif. Namun pengalaman batin itu menjadi obyektif, ketika banyak orang merasakan hal yang sama berdasarkan pengalaman batin yang sama. Alasan inilah yang menguatkan bahwa pernyataan itu mengandung kebenaran. Pertanyaannya kenapa keyakinan tidak bisa dipaksakan?

Yakin merupakan kegiatan yang terjadi di wilayah hati batin seseorang. Ia bukan wilayah dahir. Wilayah batin, merupakan wilayah yang sangat pribadi dan hampir-hampir tidak bisa dideteksi oleh orang lain. Terkecuali orang itu sangat dekat dengan Allah sehingga bisa membaca isi hati seseorang. Wilayah batin itu sendiri berisi berbagai macam lintasan yang kadangkala seseorang itu sulit mendeteksi bunyi pikirannya sendiri. Kesulitan itu disebabkan oleh banyaknya lintasan yang melintas di alam batin tersebut.

Banyaknya lintasan memberikan kesulitan tersendiri bagi seseorang untuk memilih. Kadang, pilihan itu sesuai dengan kemauan alam semesta (dalam artian tidak memberikan dampak buruk bagi alam sekitarnya). Terkadang, pilihan itu tidak sesuai dengan kemauan alam semesta (menimbulkan ekses yang buruk terhadap lingkungan sekitarnya). Dari sinilah muncul ibarat seorang kawan yang mengatakan kepada saya: bahwa orang yang memakai mobil bertabrakan karena yang nyetir manusia. Sedangkan bintang-bintang di langit tidak pernah tabrakan karena yang nyetir ALlah.

Sulitnya memilih pilihan yang terkadang sulit (kata orang; tidak memilihpun itu adalah suatu pilihan), maka tidak banyak orang yang memilih sekian pilihan-pilihan dengan tepat. Walaupun istilah tepat-dan tidak tepat- masih bisa diperdebatkan lebih lanjut. Namun yang penulis maksudkan tepat di sini adalah ketepatan pilihan yang sesuatu dengan jalan hidup seseorang. Jalan hidup itu sendiri ada dua; bahagia dan menderita. Yang penulis maksudkan, kalau pilihan seseorang akan sesuatu itu menjadikan dirinya berbahagia, maka pilihannya adalah tepat. Begitu pula sebaliknya. Jikalau pilihan itu membuatnya menderita, maka pilihan yang dipilih oleh seseorang itu tergolong tidak tepat.

Pilihan yang tidak tepat (membuat orang sengsara) ini kemudian dinamakan oleh banyak orang sebagai pilihan yang salah. Pilihan yang tepat (membuat hidupnya bahagia), dijuluki oleh banyak orang sebagai pilihan yang benar. Namun sampai di sini kita masih bisa memperdebatkan lagi tentang apa itu kebahagiaan.


Penulis Lanjutkan Kapan-kapan!